Lebaran telah diambang pintu. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tahun ini diprediksi juga akan ada perbedaan waktu hari raya idul fitri. Masyarakat awam banyak yang bingung, sebagian ikut-ikutan, sebagian tidak peduli, tapi sebagian ikut berpolemik masalah hal ini. Bahkan ada yang baru baca satu dua artikel tentang hisab rukyat di internet, sudah gagah berani membantah dan mengkritisi pendapat profesor di bidang Astronomi yang sudah bertahun-tahun mendampingi proses hisab rukyat di Indonesia.
Potensi perbedaan yang ada berkutat antara tanggal 30 Agustus dan 31 Agustus saja, dengan ragam metode yang digunakan. Muhammadiyah misalnya dengan metode hisab dan kriteria wujudul hilal, jauh-jauh hari telah mengumumkan Idul Fitri 1432 H jatuh pada Selasa 30 Agustus. Ormas Persis menyusul kemudian, dengan metode hisab tapi dengan kriteria imkanurrukyah, mereka mengumumkan Idul Fitri 1 Syawal jatuh pada Rabu, 31 Agustus 2011. NU yang memiliki metode rukyatul hilal versi lokal (ikhtilaful mathla’), tentu menunggu Senin malam 29 Agustus untuk memutuskan kapan berhari raya, meskipun di dalam NU juga banyak pakar hisab yang siap ‘legowo’ menerima kriteria imkanurrukyat. Beberapa ormas seperti HTI yang biasa mengikuti rukyah global di Saudi, juga akan menunggu keputusan ulama Saudi Senin malam inysa Allah. Meskipun jika dilihat secara penghitungan (hisab), -baik di Indonesia maupun Saudi – maka hilal kemungkinan besar tidak akan terlihat sehingga Ramadhan akan digenapkan menjadi 30 hari, dan lebaran pada 31 Agustus 2011.
Lalu bagaimana dengan pemerintah ? Sejak awal pemerintah melalui Kemenag dan MUI akan menyelenggarakan sidang itsbat pada akhir Ramadhan, untuk menentukan 1 syawal 1432. Metode yang digunakan pemerintah adalah menggabungkan antara hisab dan rukyatul hilal. Maka berkaca dari pengalaman sebelumnya, hisab dan serta hasil rukyat (yang diprediksi tidak akan terlihat), hampir bisa dipastikan keputusan pemerintah 1 Syawal 1432 akan jatuh pada 31 Agustus 2011.
Sebagai orang awam yang tidak tahu sepenuhnya tetek bengek soal astronomi, dan juga dalil-dalil mendalam seputar hisab dan rukyat, maka saya insya Allah akan mengikuti pemerintah. Tulisan ini dibuat tanpa bermaksud untuk masuk dalam polemik pembahasan dan metode yang ada, namun sekedar memandang sisi luar dan maslahat dan manfaat yang ada saat kita mengikuti berlebaran bersama pemerintah.
Pertama : Kewajiban Mengikuti Pemerintah dalam Hal yang bukan Maksiat
Karena saya orang awam, bukan ahli ijtihad, maka dalam masalah semacam ini tentu layak saya menyerahkan urusan ini kepada yang berwenang memutuskannya khususnya pemerintah. Dalam hal ini saya berpegangan kepada Fatwa MUI no 2 tahun 2004, pasal kedua yang menyebutkan : Seluruh umat Islam di Indonesia wajib menaati ketetapan Pemerintah RI tentang penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Dalil-dalil syar’i tentang kewajiban taat dan mengikuti ulul amri banyak tersebar dalam Al Quran dan Sunnah. Sebagai orang awam, wajar saya untuk berpegangan dengan Fatwa MUI.
Perbedaan pendapat dalam fikih memang sesuatu yang lumrah dan wajar terjadi. Namun dalam masalah yang penting dan menyangkut kepentingan orang banyak, maka keputusan pemerintah semestinya ditaati. Apalagi jika hal tersebut berpeluang mengundang permasalahan dan perselisihan, maka tepatlah kaidah fikih yang menyebutkan : “Keputusan pemerintah itu mengikat (wajib dipatuhi) dan menghilangkan silang pendapat”.
Realita hari ini, saya menyayangkan adanya masjid-masjid yang sama sekali tidak memiliki afiliasi khusus pada salah satu ormas Islam yang ada, hanya sekedar masjid kampung dan masjid warga biasa, lalu takmir masjid bermusyawarah menentukan idul fitri yang tidak sejalan dengan pemerintah. Saya rasa mereka tidak memiliki alasan khusus untuk “berijtihad” dalam permasalahan semacam ini.
Kedua : Untuk Merayakan Bersama-sama dengan Penuh Ukhuwah dan Meriah
Tidak dipungkiri lagi perbedaan Hari Raya sedikit banyak akan mengurangi syiar ukhuwah dan persatuan umat Islam. Sementara secara dalil dan filosofisnya, idul fitri adalah hari Raya kaum muslimin yang semestinya memperlihatkan ukhuwah dan persatuan yang luar biasa. Berhari raya bersama banyak orang adalah salah satu anjuran syariah kita, bukan dengan sedikit orang apalagi segelintir orang. Riwayat hadist dari Abu Hurairah menyebutkan, Rasulullah SAW bersabda : “ Puasa adalah hari dimana kalian (orang-orang) berpuasa, dan hari raya berbuka (idul fitri-red) adalah hari dimana kalian (orang-orang) berbuka (dan berhari raya )“. (HR Tirmidzi dishahikan oleh Albani). Sebagian ulama menafsirkan hadits di atas dengan kesimpulan: “ bahwa berbuka dan berhari raya itu (haruslah) bersama-sama jama’ah dan sebagian besar (orang-orang) kaum muslimin.
Selain itu, beberapa hadits seputar Idul Fitri mengisyaratkan bahwa lebaran adalah ibadah yang merupakan syiar dan simbol, dimana kebersamaan dan ukhuwah menjadi ciri khususnya. Lihat saja bagaimana tentang anjuran sholat di Lapangan yang besar, juga anjuran untuk mengajak para wanita bahkan sekalipun mereka dalam kondisi haid ! Ini menunjukkan salah satu semangat dalam beridul fitri adalah mengoptimalkan kebersamaan.
Karenanya, jika ada perbedaan dalam penentuan idul fitri, maka yang paling banyak diikuti dan bisa menunjukkan syiar dan ukhuwah Islam itulah yang layak untuk diikuti, dalam hal ini bisa diwakili dengan keputusan pemerintah yang biasanya diikuti sebagian besar kaum muslimin di Indonesia,
Akhirnya, tentu kita semua bersepakat tentang pentingnya menjaga ukhuwah umat dan menghindarkan dari segala potensi perselisihan dan perpecahan. Dan sungguh menakjubkan, para ulama kita sejak awal siap untuk ‘berlegowo’ dalam arti tidak memaksakan pendapatnya saat dihadapkan dengan kemungkinan perselisihan dan perpecahan umat. Dan hal ini pun mereka lakukan dalam masalah ibadah ritual yang mereka yakini sepenuhnya, dan diyakini banyak orang tidak bisa diganggu gugat.
Saya ambil contoh sederhana, meskipun Imam Ahmad berpendapat bahwa membaca qunut ketika shalat shubuh itu bid’ah. Namun beliau jelas mengatakan: ‘Jika seseorang shalat bermakmum pada imam yang membaca qunut maka hendaknya ia mengikuti dan mengamini doanya’. Subhanallah, tentu statemen beliau tersebut ditujukan dalam rangka persatuan, dan mengaitkan hati dan menghilangkan kebencian diantara kaum muslimin.
Sebaliknya, Imam syafii berpendapat bahwa membaca Qunut hukumnya sunah muakkad dan beliau selalu membacanya tiap shalat. Namun suatu ketika beliau menjadi imam shalat subuh di sebuah masjid dekat makam Abu Hanifah, lalu tidak membaca Qunut. Selesai shalat, seorang bertanya apa gerangan yang penyebabkan beliau tidak membaca qunut? Beliau menjawab “ Mana mungkin saya melakukan amalan yang tidak sejalan dengan pendapat Abu Hanifah, sedangkan saya berada dekat dengan (kubur)nya. Inilah bentuk legowo dan toleransi para ulama terdahulu bahkan dalam hal yang terkait sebagai ibadah.
Nah, bagaimana dengan ulama kita dari ormas-ormas yang ada ? Siapkah untuk berlegowo dalam masalah penentuan hari raya demi mewujudkan persatuan umat dan syiar hari kemenangan yang indah ?. Legowo disini juga dalam arti siap duduk kembali, saling membahas hal ini secara objektif dan ilmiah agar menemukan kriteria-kriteria yang disepakati, sebagaimana sering digaungkan oleh Profesor Thomas Djamaluddin dari LAPAN tentang harapan penyatuan kalender umat Islam Indonesia secara khusus.
Saya tinggal lima tahun di Sudan, perbedaan hari raya hanya ada di kitab-kitab fiqh semata, secara realita tidak ada. Banyak ulama dan orang faqih di Sudan, namun mereka semua berlegowo dalam masalah ini, menyerahkannya hanya pada pemerintah saja. Wallahulmuaffieq Ila Aqwamitha Tharieq.
sumber : www.indonesiaoptimis.com
KOMENTAR PARA PEMBACA :
- Windra Hardi iya kalo pemerintah nya biadab mau gmana? masa menentukan 1 syawal saja repot.....malah sesudah buka puasa baru rapat. Ga ETIS lah PEMERINTAH seperti ini. Sengsara umat kita muslim di seluruh penjuru tanah air, khususnya Indonesia Bagian Timur yang tidak bisa ber taraweh lagi (bagi yang ikut Pemerintah), itukan sama saja Bohong. Dan kita tidak bisa mengikuti PEMERINTAH dan MUI seperti ini.30 Agustus jam 3:58 ·
- Halim Saragi Perbedaan pendapat dalam fikih
memang sesuatu yang lumrah
dan wajar terjadi. Namun dalam
masalah yang penting dan
menyangkut kepentingan orang
banyak, maka keputusan
pemerintah semestinya ditaati.
Apalagi jika hal tersebut
berpeluang mengundang
permasalahan dan perselisihan,
maka tepatlah kaidah fikih yang
menyebutkan : “Keputusan
pemerintah itu mengikat (wajib
dipatuhi) dan menghilangkan
silang pendapat”.
Itu sudah jelas !30 Agustus jam 4:05 · - Windra Hardi Mengikuti Pemerintah memang Benar , tapi perlukah mengikuti Pemerintah dengan keadaan seperti yang saya sebutkan tadi? jangan dipolitisir kebijakan agama. Artinya saya sensitif melihat Kemunafikan pemimpin kita saat ini.Perbedaan pendapat memang wajar, tapi Perilakukan juga masyarakat dengan sewajarnya, jangan tak etis. Percuma Menteri Agama atau Ketua MUI kalo pekerjaannya seperti ini. ini sudah jelas menyimpang dan salah. wallahu a'alam30 Agustus jam 4:14 ·
- Halim Saragi Apa dasar bapak Mengatakan Kalau Keputusan Pemerintah Tersebut Menyimpang ! Bisa di rinci indikasi penyimpangan Yang di Maksud ?30 Agustus jam 4:21 ·
- Heru Dvils PEMERINTAH kurang TEGAS!!
PaLing Tidak 2 hri menjeLanG tanggal 29 sudah ada perTanda unTuk peneTapannya aGar masyarakaT Tidak ada yg raGu dan bimbang mempersiapkan unTuk keperLuan LEBARAN..
30 Agustus jam 4:23 · · 1 orang - Windra HardiYah satu-satunya penyimpangan itu kettidak tegasan Menteri Agama dan MUI memberikan pandangan. kemudian waktu sidang isbath yang telat itukan memberikan kesengsaraan bagi masyarkat...yah jelas menyimpang kerjanya. Kemudian petugas Hilal di lapangan adalah dari DEPAG semua....mana masyarakat kecil yang utamanya Nelayan...? ARTINYA pEMERINTAH SUDAH MEMpolitisir kebijakan ini. Dan terakhir lihatlah berita detiknews.com yang sudah saya kirimkan ke dinding saudara mengenai idul fitri di Arab saudi dan Malaysia jatuh pada hari ini.30 Agustus jam 4:33 ·
- Halim SaragiBukan Tidak Tegas dan Telat Akan Tetapi metode
rukyatul hilal versi lokal
(ikhtilaful mathla’), tentu
menunggu Senin malam 29
Agustus untuk memutuskan
kapan berhari raya.
Tidak ada perintah dan satu Ayat pun Untk Merujuk penetapn 1 Syawal Terhadap Arab Saudi dan Malaysia . Ironis bila Kita lebih Meyakini para Nelayan dari pada pemerintah Yang Ahli dalam Hal Tersbt .30 Agustus jam 4:38 · · 1 orang - Heru Dvils windra @ stau saya sepertinya malaysia ikut dgn singapore dan brunai..
30 Agustus jam 4:39 · - Windra Hardi JELAS TIDAK TEGAS PEMERINTAH. Bukan masalah metode...kalau kita menganggap metode pemerintah versi lokal, apanya yang lokal? kan menggunakan peneliti dari ITB?memutuskan hari raya bukan harus jam 09 malam baru jelas....tetapi sebaiknya menjelang Magrib sudah clear....artinya lebih mendahulukan kepentingan pribadi dari kepentingan ummatnya.30 Agustus jam 4:44 · · 1 orang
- Windra Hardi Kita mengambil bukti kepada Nelayan itu lebih akurat ketimbang peneliti baru atau Pemrintah...kenapa Ironis atau Mustahil? Itulah pandangan yang salah ketika kita melihat masyarkat kecil kita itu lemah...., tak berdaya, padahal mereka memiliki ilmu falak yang tinggi yang sudah turun temurun mereka temukan dari leluhurnya. Ilmu itu ada ditengah masyarakat kita dan di akui.30 Agustus jam 4:47 ·
- Windra Hardi yah inilah perbedaan pendapat..Mohon Maaf Bila ada salah kata...semua manusia tak ada yang sempurna....semuanya itu rujukan bagi diri kita...bila itu benar maka ambil hikmahnya...dan bila itu salah...mari kita jauhkan dari kemusyrikan...semoga Pemerintah merubah sistem ini ke depan di tahun yang akan datang. Kasihan masyarakat kita....derita kita semua....amin!!30 Agustus jam 4:52 ·
- Windra Hardi IZINKAN SAYA MENGUCAPKAN "SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI" 1 syawal 1432 Hijriah Mohon Maaf Lahir DAn Bathin. Toqobalallahu minna wa minkum Toqobbal yaa kariim. Dan yang ber[puasa selamat menjalkn puasa .....30 Agustus jam 4:57 · · 1 orang
- Halim Saragi kalau Kita Taat pada Pemerintah ! Tentu Tidak ada perbedaan !! Kepentingan Mana Yang Harus di prioritaskan ?
Apakah kepentingan Golongan ? Kalau Golongan Silahkan Laksanakan Ied Esok Hari ! Kalau Kepentingan Ummat dan bersama ! Maka patuhilah Pemerintah agar Tidak ada perbedaan .
Silahkan Laksan
Silahkan sholat ied dan lebaran. Tapi Hormati juga Ummat Muslim Yang Mash Melaksanakan ibadah puasa30 Agustus jam 6:18 · · 1 orang - Halim SaragiOleh: Ustadz Sarwat,
Lc*
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Dari pada saya harus jawab
satu-satu pertanyaan tentang
kapan lebaran, mendingan saya
tulis aja disini. Siapa yang
butuh opini saya, bisa tinggal
baca atau copas juga boleh.
Yang tidak setuju, ya namanya
juga pendapat.
A. Lebaran buat
bangsa Indonesia
tahun 1432 H jatuh
hari Rabu 31 Agustus
2011.
Alasannya :
1. Inilah hasil sidang itsbat
resmi antara pemerintah dan
perwakilan hampir seluruh
ormas Islam. Kewajiban rakyat
ikut pemerintahnya yang resmi.
2. Puasa dan Lebaran kita ikut
pendapat mayoritas sesuai
sunnah Rasululah SAW.
3. Dalam syariah Islam, ormas,
kelompok, jamaah dan pribadi-2
tidak punya hak untuk
menetapkan kapan puasa dan
lebaran. Jadi saya pribadi bilang
HARAM mengikuti ormas yang
menentang ketetapan resmi
pemerintah dan mayoritas
umat Islam di suatu negeri.
B. Maka bagi saya hari Selasa
30 Agustus adalah 30
Ramadhan. Artinya kita masih
diwajibkan berpuasa di hari
Selasa dan hari Selasa sama
sekali bukan hari syak. Kalau
ada yang tidak mau berpuasa,
hukumnya dosa dan wajib
qodho' di hari lain.
C. Pemerintah negara lain
berhak membuat ketetapan
sendiri yang berbeda dengan
Indonesia. Kalau kita kebetulan
ada di negara lain itu, kita ikut
ketetapan pemerintah mereka.
Tapi kalau kita di Indonesia, ya
kita ikut ketetapan pemerintah
Indonesia.
D. Shalat Idul Fithri hanya
diajarkan nabi untuk dikerjakan
tanggal 1 Syawwal, beliau SAW
tidak pernah mengajarkan
shalat Idul Fithri tanggal 2
Syawwal. Jadi kalau ada yang
'meyakini' Selasa sudah lebaran,
shalat Id-nya harus Selasa
dong. Masak tidak konsekuen
dengan keyakinannya sendiri?
Mana ada shalat Id tgl 2
Syawwal?
E. Kalau ada satu dua orang
yang yakin sudah melihat
langsung dengan kedua bola
matanya hilal Syawwal (mis. di
Cakung & Jepara), maka dia
boleh langsung lebaran hari
Selasa, sesuai dengan apa yang
dia anggap sebagai hilal. Tapi
mereka tidak berhak untuk
menetapkan kapan lebaran,
karena bukan pemerintah yang
sah. Sedangkan mereka yang
cuma dengar kabarnya saja
(kabar dari Cakung atawa
Jepara), padahal kedua bola
matanya tidak pernah melihat
langsung, dia tidak boleh
berlebaran Selasa, sebab dia
tidak melihat langsung, cuma
katanya.
30 Agustus jam 6:34 · · 1 orang - Guntur Syaputra Al Karim buat winda hardi : 1. tidak ada pemerintah yg BIADAB, tapi orngnya30 Agustus jam 6:46 ·
- Windra HardiUpppssss Kawan...Hati-hati kalo bercakap...jangan mudah menjustice atau menghakimi orang. untuk Halim Saragi hati-hati kalo berkata...anda bilang sendiri pribadi Bahwa HARAM ormas yang berlebaran sekarang anda bisa dipenjarakan atau di Celakai nantinya oleh ormas Muhammadiyah. Apabila anda berpuasa hari ini maka Anda telah BERDOSA MEMBATALKAN PUASA ANDA SENDIRI MEnghujat Orang Lain yang berbda dengan anda. ANDA bisa dianggap SesaT Jangan mudah menghujat orang...dan jangan munafik...OKE?30 Agustus jam 7:25 ·
- Windra Hardi Untuk Pak Guntur memang benar orangnya yang biadab...pelaku-pelakunya.30 Agustus jam 7:27 ·
- Windra Hardi KELEMAHAN ORANG ISLAM MUDAH MENJUSTICE ATAU MENGHAKIMI ORANG LAIN SESAMA UMAT SENDIRI. Itu adalah sesat dan Pandangan KAFIR. Bila kita menghargai perbedaan jadi kan ia sebagai kekayaan jangan mudah MEMFATWA tanpa alasan jelas. Sementara diri sendiri belum tentu bersih.30 Agustus jam 7:30 ·
- Budi Suherman
Hadits riwayah Imam Bukhori "shuumu liru'yatihi wafthiru liru'yatihi fa'inghubiya fa'akmilu 'iddata tsalasina yauman".
Artinya :
"Puasalah dgn melihat bulan dn brhari raya dgn mlht bulan, jika bulan tdk trlihat maka smpurnakan bilangan bulan 30 hari". Dalil yg shohih Inilah yg mmbuat 80% 'ulama' didunia brpdoman dgn metode ru'yatul hilal/ melihat bulan.30 Agustus jam 7:44 · - Halim Saragi winda@ Jangan dibaca sepotong2. Fahami dulu baru buat pernyataan.Kalau tak faham lebh baik di pertanyakan.
Dan pernyataan yg dibuat hendaknya jgn bertolak belakang dgn Sikap dan perbuatan serta tindakan Kita. Jadi bagaimana dgn pernyataan anda yg mengatakan pemerintah biadab? Apa itu bukan menjustice ?30 Agustus jam 7:56 · - Halim Saragi Saya Hanya Takut Sama Allah ! Bukan Sama Ormas !
Jangan Memvonis seseorang Kalau Tak faham persoalan. Lihat disitu. Saya Mengambil sebuah rujukan dari berbgai pendapat. Dan pendapat yg saya yakini bukanlah seperti anda yg mengambil rujukan dari para nelayan dibanding ulama. Kan Aneh itu.30 Agustus jam 8:03 · - Windra HardiHalim Saragi, sapa yang baca sepotong2? andakan yang mngutarakan seperti itu tadi?mengHARAMKAN orang dan Ormas yang menentang Pemerintah...itu sama artinya anda mem fatwa umat sendiri. Ga jelas tau latar belakang senonoh membilang haram. Anda rupanya Ulama? Atau Umaro?jadi jangan mudah membilang Haram....hati-hati kalo berkata....puasa anda tak berguna. Kalo saya menjustice Pemerintah yang biadab....jelas memang kebiadabannya.....dari Mendahulukan kepentigan pribadi, politiknya daripada kepentingan masyarakatnya. Banyak bangsa Indonesia saat ini menderita karena kebiadaban Pemerintah, termasuk penetapan syawal semalam banyak umat terlantar tidak melakukan taraweh.....dsbnya...apaka
h anda tidak berpikir hal itu? jadi maaf tolong jaga kata-kata anda. Menjustice masih bersifat alamiah dan manusiawi....ketimbang anda memfatwa orang yang tidak jelas..anda bisa di hakimi masyarakat. Terakhir, anda tidak tahu persoalan dari awal sebenarnya. Seterusnya masalah pedoman kepada nelayan, anda sepertinya pro pada Pemerintah ....tapi tilhatlah pemerintah yang zalim dan biadab tak dapat diikuti...anda tau sendiri hadistnya. Jadi berkacalah pada masayarakat kecil...lihatlah nelayan kita mereka lebih tau daripada Pemerintah yang sibuk mengatur negara....duduk dikantor, membuat laporan, korupsi, nepotis, dsbnya....kalo nelayan setiap harinya bergelut dengan laut. Berangkat ke laut pasti tau keberadaan angin, ombak, tanda-tanda badai, tanda -tanda bulan terbit, hilal, rasi bintang, itu sudaH Mereka ketahui dari awal-awal terdahulunya. Apakah anda tidak Sadar akan hal itu?Nauzubillah min Zalik. 30 Agustus jam 9:43 · - Budi SuhermanAll@ jgn kt slesaikn masalh dgn akal2an dan emosional, bukankah stiap masalah dalam islam kt kembalikan pada Qur'an, Hadits, jika tdk ada barulah ijma' dn qiyas, tapi masalah menntukn awal puasa dn hari raya itu ada haditsnya yg shohih, brarti mslh ini sdh selesai, sebnrnya hadits Nabi yg sy tuliskn diatas sdh cukup jelas, Nabi Muhammad Saw sbnarnya sdh mnyatukn dua pendapat, silakan mmperkirakn awal bulan dgn metode hisab tapi harus dipastikan dgn METODE RU'YAH, jika tdk bisa dipastikan/dilihat maka ummat islam berpuasa sama2 30 hari, dan esoknya berhari raya jg brsama2, itulah ketrgn para 'ulama' hadits dlm kitab hadits abi jamroh.30 Agustus jam 10:03 ·
- Bem Simpaka jika thd agama lain saja islam m.ajarkan toleransi & pemahaman, terhadap sesama agama seiman kita hrs lbh dari dlm itu:)30 Agustus jam 13:15 ·
- Halim SaragiWinda@ berarti blum faham juga donk. Itu Tulisan/komentar ust sarwat lc yg saya ambil dan saya lampirkan penulisnya,sbgai bahan rujukan dan perbndingan kita berdiskusi.
Saya tidak mau ambil pendapat nelayan.Dan lebih mempercayai nelayan dari pada pemerintah dan ulama.
bukan saya yg bilang seperti itu.Lihat dunk penulisnya.
Kemudian anda jangan membenturkan saya dgn yg lain donk ! Ngk fair juga itu.
Jangan dibawa emosi ! Santai aja !30 Agustus jam 13:30 · - Bem Simpaka @halim: kedua "mazhab" lebaran pastilah memiliki dasar masing2:) jika thema ini ingin didiskusikan, baiknya bukan.. next30 Agustus jam 13:40 ·
- Bem Simpaka @baiknya bukan soal "khilafiah" siapa yg benar siapa yg salah, krn dpt berujung pd perpecahan sesama umat islam.. next30 Agustus jam 13:43 ·
- Bem Simpaka @kalau soal "ketaatan" thdp kptsn pemrnth, baik NU maupun Mhdiyah sama2 prnh pny catatan sjrh ikuti & tdk ikuti pemrnth30 Agustus jam 13:46 ·
- Bem Simpaka @oleh krn itu saya lbh tertarik utk m.diskusikan ttg; kenapa umat islam indonesia tdk prnh bisa sepakati instrumen. next30 Agustus jam 13:50 ·
- Bem Simpaka @dan teknologi serta parameter yg sama utk tentukan 1 syawal? shg siapapun yg putuskan kelak tdk akan prnh lagi.. next30 Agustus jam 13:52 ·
- Bem Simpaka @kelak tdk akan pernah trjadi peredaan? mungkinkah ini cara negara mengelola konflik antar sesama pemelik agama dgn next30 Agustus jam 13:54 ·
- Budi Suherman Mas bem, silakn berbeda pndapt, bahkan Banser2 NU ikut mnjg keamanan sholat idul fitri hari ini.30 Agustus jam 13:57 · · 1 orang
- Bem Simpaka @dgn memelihara potensi perbedaan tsb dari tahun ke tahun?:) negara sengaja biarkan potensi ini tetap tak terselesaikan?30 Agustus jam 13:57 ·
- Halim Saragi Mas bem@ :)
'kenapa umat islam indonesia Tidk penh bisa spakati instrumen'
Mantaf Juga itu Thema nya. Bisa kasi pandangan nya mas30 Agustus jam 13:58 · · 1 orang - Bem Simpaka @saya kira diskusi dgn fokus spt ini lbh produktif utk temukan persamaan, drpd kita terus m.eksploitasi perbedaan.. next30 Agustus jam 14:00 ·
- Bem Simpaka @jika umat islam bisa menyepakati instrumen, ini bisa jadi gambaran utuhnua kekuatan islam yg tdk terpecah. next30 Agustus jam 14:03 ·
- Bem Simpaka @bayangkan, misal NU, Mhdyah, dan ormas Islam lainnya solid, maka ini akan jadi kekuatan korektif luar biasa bagi negara30 Agustus jam 14:05 ·
- Bem Simpaka @kekuatan tsb tdk hny getarkan negara yg sdg dikuasai rezim koruptif, tetapi juga bisa getarkan rezim kapitalisme barat30 Agustus jam 14:08 ·
- Bem Simpaka @shg dlm hal ini, ada bnyk kepentingan yg inginkan Islam Indonesia trs menerus tdk solid dgn pelihara potensi perbedaan.30 Agustus jam 14:10 ·
- Ifdarsyam Ritonga Al MarbawyUntuk Bpk WINDA HARDI :
Sy mengamati setiap koment bpk, dan Nastaghfirullah bpk katakan pemerintah kita BIADAB?
Silahkan kalau bpk ingin ikut metode yg dilakukan Muhammadiyah dalam menentukan awal Rmadhan dan Syawal, tp jangan salahkan pemerintah terhadap keputusannya yg semestinya WAJIB kita patuhi selama tidak untk kemaksiatan kepada Allah.
Pemerintah sudah sangat bijak dan tepat dalam mengambil kebijakan, sesuai dengan landasan Alqur'an dan al-hadits. Pemerintah sudah menyerahkan masalah ini kepada kementrian agama RI, dan didalam kementrian, insyaAllah orangnya yg berkompeten dalam masalah yang dibidanginya. kementrian RI sudah menyebarkan bbrp titik untuk memantau Hilal, dan hasilnya 30 perwakilan di seluruh Nusantra menyatakan tidak melihat Hilal.
apa ke 30 perwakilan ni tidak ada yg profesional?Rabu pukul 0:06 · · 1 orang - Ifdarsyam Ritonga Al MarbawyRosulullah tidak pernah menggunakan metode Hisab dalam menentukan awal Rmadhan dan Syawal. coba cek Hadits!!
Artinya : Islam itu mudah. dalam menentukan awal Ramadhan dan Syawal tidak memerlukan perhitungan yg ngejelumit/sukar.
sekalipun orang badui yg tinggal sendirian di tengah padang pasir bisa menentukan sendiri kpn itu datangnya bulan baru, dengan metode rukyah td.
Seharusnya kita legowo lah, Ulama2 dari Ormas harus bisa legowo dalam pendapatnya demi kemaslahatan yang lebih besar.
di Mesir dan mayoritas negara arab tidak pernah beda dalam menentukan awal syawal? Padahal ulama mereka lebih Faqih, lebih mendalam keilmuannya tentang Islam, dan Ulama mereka juga berbeda pendapat. Tp untuk masalahat/kepentingan yg lebih besar yaitu persatuan ummat, mereka kesampingkan pendapat mereka, dan mau ikut dengan pemerintah setempat. Lihatlah sekarang gimana kekacauan yg terjadi, akibat perbedaan iduk fithri?
Karena ada ormas yg jauh2 hari sudah menentukan kpn itu idul fithri, sehingga masyarakat kebanyakan berpatokan pada ketetapan itu. Nyatanya pemerintah berbeda dari yg diyakini masyarakat pada awalnya, Kacau lah.....
jika ada hal/masalah yg berpeluang mengundang permasalahan dan perselisihan, maka Qaidah fiqh menyebutkan : “Keputusan pemerintah itu mengikat (wajib dipatuhi) dan menghilangkan silang pendapat”.
Sudah sangat jelas, intinya Harus LEGOWO ulama2 kita..!
Islam itu mudah, Islam itu Indah.Rabu pukul 0:21 · · 1 orang - Halim SaragiWinda@Masyarakat Yang Mana yg saudara Maksud?
Sedikitpun Tidak berpengaruh bagi Kami Tuk Melaksanakan ibadah Tarawih di Malam Trkhr ?
Kata kata Sengsara Sangat Tidak Tepat di peruntuk kan di dalam persoalan ibadah.
Saya lebih Takut pada pemerintah (pemerintah dan para ulama yg menetapkan 1 syawal) dari pada Oramas yg anda maksud .
Karna jelas dasar hukum nya untk taat pada pemerintah dan ulama .Dan bukan ormas dan nelayan?
Kalau anda lebh percya pada fatwa nelayan. Aneh tidak pendapat saudara itu?Rabu pukul 0:23 · · 1 orang - Halim Saragi ifdar @ Sempurna Sekali penjelasannya.
WINDA@ Semoga Saudara Winda bisa Membaca dan Memahaminya.
ALL@ Kembali Kita ingatkan. Kita disini bukan Memvonis benar atau salah . Tapi hanya diskusi .
Komentator di harapkan jangan Anarkis Melontar StetmenRabu pukul 0:28 · · 1 orang - Windra HardiPak Ifdarsyam, Mohon Maaf sebelumnya. saya memng kecewa dengan Pemerntah. Banyak yang sudah dilakukan pemerintah tetapi tidak jelas. Malah dalam hal keagamaan seperti inipun dipolitisir oleh semua jenjang pemerintahan. Penentuan hilal tersebut kan adalah merupakan semacam agenda kerja atau program kerja tiap tahun MUI dan Depag. Yah....otomatis disana yang menjadi saksi hilal adalah orang Depag sendiri kebanyakan. kenapa mereka tidak libatkan semua aspek?yang ikut memantau jangan pemerintah saja, sertakan masayarakat. jadi jelas Pemerintah menduakan politik dengan agama. Jadi saya rasa memang saya kurang puas kinerja pemantau tersebut. Karena yang saya tahu sistem kerja mereka apa yang diutarakan dari Pusat akan di Aminkan oleh Daerah karena sudah merupakan program (proyek) Pemerintah.Rabu pukul 0:58 ·
- Bem Simpaka pemerintah & ormas islam sama2 bs melakukan kekeliruan, sudahlah.. tdk terlalu bermanfaat kita trs saling klaim kbenaranRabu pukul 7:03 ·
- Bem Simpaka sekali lagi, dlm hal penetapan 1 syawal, baik NO maupun Mhdyah sama2 prnh lakukan "p.bangkangan" thd kptsn perintah.Rabu pukul 7:07 ·
- Metode Hisab dan rukyah uda diakui para Ulama dunia,so klo perbedaan syawal trjadi kita jg kudu legowo..
Yg mau ikut pemerintah ya silakan,yg ikut ormas jg ga salah..
Setiap warga negara berhak menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan'a..
Tak baek nyalah2in pemerintah atau nyalahin ormas yg berbeda dgn pemerintah dalam penetapan syawal..
Alhmdlah meskpun syawal'a beda,indonesia aman kog,gada kekacauan,dan ukhwah islamiah masih tetap solid.
So tidak perlu dibesar2kan..
Loveyou All..Rabu pukul 11:19 · · 3 orang - Windra HardiTerakhir mdah-mudahan Pemerintah mendengar kritikan ini. Indonesia ber lebaran 31 agustus, tetangga kita Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan juga Arab Saudi merayakan lebaran Tgl. 30 Agustus, itu semua keputusan kita aminkan karena dari Pmerintah, tetapi masih ada keraguan dengan posisi waktu Indonesia dan Malaysia atau Singapura, bahkan Brunei Darussalam yang sangat dekat di batasi bebrapa jam atau menit saja perbedaan waktunya. Ini menunjukkan bahwa masih ada kekeliruan perbedaan tersebut. Nmun yang menikut Pemerintah silahkan saja, yang ikut dengan ormas silahkan juga, ini kembali kepada masing-masing pribadi kita. semoga amal kebajikan di terima Allah S.W.TKemarin jam 3:33 ·
- Halim SaragiSaudi Arabia: 1 Syawal
Adalah Rabu 31
Agustus 2011
sumber.Kompas.Com
Oleh: Jiddan | 01 September
2011 | 04:32 WIB
Pengumuman mengejutkan dari
badan astronomi setempat
yang sebelumnya memberi kabar
kepada pemerintah Saudi bahwa
mereka telah melihat hilal
sehingga kemudian pemerintah
memutuskan Idul Fitri jatuh
pada Selasa 30 Agustus 2011,
namun ternyata kemungkinan
yang dilihat pada tanggal 29
Agustus tersebut bukanlah
bulan tapi benda angkasa lain
yang kemudian di yakini sebuah
fenomena planet Saturnus yang
beberapa tahun yang lalupun
pernah terjadi fenomena
semacam itu yaitu fenomena
merkurius.
Kesalahanfahaman atas sebuah
keputusan1 syawal kemarin
dimungkinkan karena
pemerintah mengacu dari berita
yang disampaikan badan
astronomi yang ditunjuk untuk
mengamati hilal awal bulan
syawal, dan kenyataanya yang
mereka lihat bukanlah hilal tapi
benda angkasa lain yang
diperkirakan adalah planet
saturnus dan kesalahan ini
kabarnya telah di umumkan baik
via media cetak maupun
elektronik , pemerintah Saudi
sendiri konon telah membayar
kafarat untuk masalah ini
kurang lebih sebesar 1 milyar
real.
Dengan demikian.. keputusan
pemerintah Indonesia yang
menyatakan tanggal 31 Agustus
2011 adalah 1 syawal adalah
benar, kalaupun menjadi polemik
sesungguhnya mereka telah
melakukan dan mengikuti apa
yang menjadi perintah Rosulullah
SAW yaitu Jika kalian melihat
hilal, maka berpuasalah. ” Jika
melihat hilal (lagi), maka
berbukalah. Jika tertutup awan,
maka genapkan puasa menjadi
30 hari” .
Demikian semoga polemik
diantara kita tidak perlu
berkelanjutan sesungguhnya
manusia adalah tempatnya
salah… dan kebenaran hanya
milik Allah…
Untuk menjadi perbandingan di
bawah adalah foto foto bulan
sabit malam ini yang di upload
salah satu media lokal dan
persis sama dengan yang
sekarang ada di langit saudi
Silahkan untuk Mengira ngira
sudah tanggal berapa sekarang
… ^_^
Namun demikian patut di
apreseasi jika benar pemerintah
saudi membayar kafarat atas
keputusannya yang menyatakan
1 syawal adalah 30 Agustus
2011 yang berakhir polemik
tersebut apalagi kemudian
badan astronomi saudi
menyatakan yang mereka lihat
tanggal 29 lalu bukan hilal
yang mereka cari tapi benda
angkasa lain, ini menunjukan
bentuk tanggung jawab
pemerintah terhadap urusan
ibadah yang sangat penting
untuk masyarakatnya sesuai
hadits yang saya kutip di atas
“Jika kalian melihat hilal, maka
berpuasalah. ” Jika melihat hilal
(lagi), maka berbukalah. Jika
tertutup awan, maka genapkan
puasa menjadi 30 hari”.
Sungguh Sehebat Apapun
Pengetahuan Yang Kamu Miliki,
Tak Akan Sanggup Menggapai
Ilmu Allah…. Dan Allah Maha
Berkehendak Atas Segala
Sesuatu , Sangat Mudah Bagi
Allah Menyembunyikan Apapun
yang Ada Di Langit dan Di Bumi
Bahkan Menghancurkannya
Seperti Anai anai Yang
Beterbangan… Apakah Kalian
Tidak Mempercayai Rosulmu ?
Sehingga Sabdanya Kamu
Abaikan ?
Salah Satu Media Lokal Tentang
Mengeni Polemik Penentuan
Lebaran ( Idul Fitri )
Link Lain Yang Memberitakan
Tentang Polemik Mengenai Awal
Lebaran ( Idul Fitri )
7 jam yang lalu · - Halim SaragiSaudi Arabia: 1 Syawal
Adalah Rabu 31
Agustus 2011
sumber.Kompas.Com
Oleh: Jiddan | 01 September
2011 | 04:32 WIB
Pengumuman mengejutkan dari
badan astronomi setempat
yang sebelumnya memberi kabar
kepada pemerintah Saudi bahwa
mereka telah melihat hilal
sehingga kemudian pemerintah
memutuskan Idul Fitri jatuh
pada Selasa 30 Agustus 2011,
namun ternyata kemungkinan
yang dilihat pada tanggal 29
Agustus tersebut bukanlah
bulan tapi benda angkasa lain
yang kemudian di yakini sebuah
fenomena planet Saturnus yang
beberapa tahun yang lalupun
pernah terjadi fenomena
semacam itu yaitu fenomena
merkurius.
Kesalahanfahaman atas sebuah
keputusan1 syawal kemarin
dimungkinkan karena
pemerintah mengacu dari berita
yang disampaikan badan
astronomi yang ditunjuk untuk
mengamati hilal awal bulan
syawal, dan kenyataanya yang
mereka lihat bukanlah hilal tapi
benda angkasa lain yang
diperkirakan adalah planet
saturnus dan kesalahan ini
kabarnya telah di umumkan baik
via media cetak maupun
elektronik , pemerintah Saudi
sendiri konon telah membayar
kafarat untuk masalah ini
kurang lebih sebesar 1 milyar
real.
Dengan demikian.. keputusan
pemerintah Indonesia yang
menyatakan tanggal 31 Agustus
2011 adalah 1 syawal adalah
benar, kalaupun menjadi polemik
sesungguhnya mereka telah
melakukan dan mengikuti apa
yang menjadi perintah Rosulullah
SAW yaitu Jika kalian melihat
hilal, maka berpuasalah. ” Jika
melihat hilal (lagi), maka
berbukalah. Jika tertutup awan,
maka genapkan puasa menjadi
30 hari” .
Demikian semoga polemik
diantara kita tidak perlu
berkelanjutan sesungguhnya
manusia adalah tempatnya
salah… dan kebenaran hanya
milik Allah…
Untuk menjadi perbandingan di
bawah adalah foto foto bulan
sabit malam ini yang di upload
salah satu media lokal dan
persis sama dengan yang
sekarang ada di langit saudi
Silahkan untuk Mengira ngira
sudah tanggal berapa sekarang
… ^_^
Namun demikian patut di
apreseasi jika benar pemerintah
saudi membayar kafarat atas
keputusannya yang menyatakan
1 syawal adalah 30 Agustus
2011 yang berakhir polemik
tersebut apalagi kemudian
badan astronomi saudi
menyatakan yang mereka lihat
tanggal 29 lalu bukan hilal
yang mereka cari tapi benda
angkasa lain, ini menunjukan
bentuk tanggung jawab
pemerintah terhadap urusan
ibadah yang sangat penting
untuk masyarakatnya sesuai
hadits yang saya kutip di atas
“Jika kalian melihat hilal, maka
berpuasalah. ” Jika melihat hilal
(lagi), maka berbukalah. Jika
tertutup awan, maka genapkan
puasa menjadi 30 hari”.
Sungguh Sehebat Apapun
Pengetahuan Yang Kamu Miliki,
Tak Akan Sanggup Menggapai
Ilmu Allah…. Dan Allah Maha
Berkehendak Atas Segala
Sesuatu , Sangat Mudah Bagi
Allah Menyembunyikan Apapun
yang Ada Di Langit dan Di Bumi
Bahkan Menghancurkannya
Seperti Anai anai Yang
Beterbangan… Apakah Kalian
Tidak Mempercayai Rosulmu ?
Sehingga Sabdanya Kamu
Abaikan ?
Salah Satu Media Lokal Tentang
Mengeni Polemik Penentuan
Lebaran ( Idul Fitri )
Link Lain Yang Memberitakan
Tentang Polemik Mengenai Awal
Lebaran ( Idul Fitri )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar