SELAMAT DATANG DI SITUS RESMI PIMPINAN CABANG IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA

Rabu, 02 November 2011

Nelayan Bagan Asahan Masih Belum Sejahtera

Rabu, 02 November 2011 Desa Bagan Asahan Induk di Kecamatan Tanjung Balai, merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Asahan, yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka, dan berada persis di muara Sungai Asahan. Meski berada dekat dengan lautan, yang notabenenya merupakan sumber kemakmuran, jangan berpikir, bahwa masyarakat di sini telah hidup sejahtera. Penasaran? Berikut penelusurannya.
Edwin Fs Garingging Panton, Bagan Asahan
Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai  Kabupaten Asahan, merupakan salah satu kawasan pemukiman yang termasuk berusia tua. Ratusan tahun sudah kawasan ini didiami masyarakat yang umumnya menggantungkan hidup dengan menjadi nelayan. Seiring berjalannya waktu, Desa Bagan Asahan yang dulunya hanya satu desa, dimekarkan menjadi 3 desa, yakni Bagan Asahan Induk, Bagan Asahan Pokan dan Bagan Asahan Baru.
Satu hal yang membuat prihatin, meski berada di kawasan yang terbilang ‘jalur emas’, karena dekat dengan samudera yang menyimpan banyak ikan serta menyimpan potensi laut yang besar, kehidupan masyarakat di kawasan ini kebanyakan jauh dari sejahtera.
“Ibarat pepatah Batak, masyarakat di sini mauas di toru ni sampuran (merasa haus walau dekat sumber air, red). Kenapa? Asahan kaya akan potensi laut, tapi apa yang didapat masyarakatnya?” kata Syahrial Panjaitan, Kepala Desa Bagan Induk, kepada METRO, akhir pekan lalu.
Apa yang dikatakan Syahrial memang bukan tanpa alasan. Penulis yang sempat mengitari permukiman penduduk di kawasan itu, melihat dengan jelas, hampir semua rumah penduduk merupakan rumah darurat yang sebenarnya tidak layak huni karena hanya berdinding papan, berlantai tanah dan beratap rumbia serta tidak dilengkapi fasilitas sanitasi semisal MCK.  Bahkan, ukuran rumah, kebanyakan tidak lebih dari 5X7 meter.
“Penduduk di Desa Bagan Asahan Induk ini sekitar 4000 jiwa dan semuanya hidup dari hasil laut. Ada yang menjadi nelayan maupun menjadi pedagang ikan. Seperti yang abang lihat, kondisinya semua seperti ini,” kata Panjaitan, sambil menunjukkan rumah-rumah warganya.
Hal yang sama juga diakui Samsul, pria mengaku telah setengah abad tinggal di kawasan ini menyebutkan, kehidupan warga di Desa Bagan Asahan, Bagan Asahan Pokan  dan Desa Bagan Baru yang jumlahnya diperkirakan mencapai 14.000 jiwa lebih sangat bergantung  dari hasil melaut.
“Tak malaut, tak makan,” katanya, dengan logat melayu pesisir.
Dijelaskannya, meski hidup di bawah garis kemiskinan, warga tetap tidak mau
mengemis kepada pemerintah tetangga, yakni Kota Tanjung Balai. Bahkan, meski  Pemkab Asahan hampir tidak memperdulikan, warga tetap bertahan, meski harus kelaparan.
Ditanya soal potensi laut dari daerah ini, Samsul yang juga seorang nelayan mengatakan, hasil nelayan tradisional Bagan Asahan rata-rata mencapai 100 ton per hari. Jumlah ini belum digabung dengan dengan ikan tangkapan pukat teri, pukat gandeng dan pukat apung. Namun meski demikian, hampir semua tangkapan dari kawasan laut Asahan, hanya melintas dari daerah itu karena dibawa ke Tanjung Balai.
“Seandainya Pelabuhan Panton ini dioperasikan, maka saya yakin kesejahteraan warga di sini akan membaik. Karena ikan dari Laut Asahan, tidak akan lagi di bawa ke Tanjung Balai,” tegasnya.
Menyoal minimnya perhatian pemerintah, Syahrial Panjaitan, sang kades mengatakan, pihaknya telah membuat laporan kepada Bupati Asahan tentang kondisi warga. Namun, sampai saat ini tidak ada tanda tanda akan dilakukan pembangunan yang dapat merobah perekonomian masyarakat.
“Bahkan untuk sekadar mendapat bantuan modal UMKM saja pun, warga saya kesulitan,” katanya.(sumber:Metro Asahan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Kantor Kejari Dihotmix, Dinas PU Asahan Dituding Beri Gratifikasi ke Kejari